. Analisa data
Teknik isolasi dilakukan dengan melarutkan sampel yang berupa serbuk putih dengan methanol 2 mL. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sampel yang diberikan bersifat polar, karena larut dalam pelarut polar (metanol). Larutan tersebut ditotolkan pada plat KLT sepanjang 20 cm dengan jarak 0,5 cm hingga larutan sampel tersebut habis. Metode Kromatografi Lapis Tipis Preparatif digunakan dalam isolasi senyawa pada percobaan ini karena jangkauan analisisnya luas, dapat dilaksanakan dengan cepat dan biaya relatif murah serta hanya memerlukan jumlah cuplikan yang sedikit. Selanjutnya plat KLT tersebut dimasukkan ke dalam chamber yang telah diisi oleh eluen heksana, kloroform, dan methanol sebanyak 20 mL dengan perbandingan 7:2:1. Eluen yang digunakan adalah heksana, kloroform, dan methanol kerena eluen tersebut dapat membawa sampel terpisah (mengisolasi) ketika dimasukkan ke dalam chamber. Elusi dibiarkan berjalan hingga eluen mencapai batas garis atas plat KLT yang ada di dalam chamber ditunggu sampai eluen terangkat hingga mencapai batas atas plat KLT.
Plat yang telah dilewati eluen tersebut, kemudian dikeluarkan dan dibiarkan mengering, untuk kemudian disinari dengan lampu UV agar noda yang tercetak pada plat terlihat dengan jelas. Panjang gelombang UV yang digunakan adalah 254 nm. Panjang gelombang 254 nm merupakan panjang gelomban yang paling cocok karena degan panjang gelombang ini noda pada plat dapat terlihat jelas. Pita noda yang terbentuk ditandai dengan pensil agar lebih jelas dalam memisahkan noda. Pita noda tersebut merupakan senyawa yang berhasil dipisahkan dan selanjutnya akan dimurnikan serta diidentifikasi.
Setelah didapat pita noda, noda tersebut dikeruk dan diletakkan pada corong yang sudah diberi kertas saring. Dan kemudian dibasahi dengan 2 ml methanol + 1 ml heksan. Selanjutya dilakukan rekristalisasi untuk mendapatkan kristal senyawa tersebut kembali dengan alat hot plate magnetic stirrer. 2 ml etanol berfungsi untuk melarutkan senyawa yang ada pada pita noda, sedangkan 1 ml heksan berfungsi agar proses rekristalisasi berlangsung lebih cepat. Larutan tersebut ditaruh diatas hot plate dan diputar-putar agar Kristal terbentuk kembali. Proses rekristalisasi ini bertujuan ntuk mendapatkan senyawa dengan kemurnian tinggi.
Kristal yang terbentuk tersebut kemudian dianalisis dalam spectrum IR. Pada awal, krristal sampel yang terbentuk dicampur dengan KBr, dan dihaluskan dengan mortar hingga homogen, setelah homogen, dibuat pellet dengan alat mini hand press, dan diletakkan pada tempat sampel dan dianalisis dengan spectrum IR sehingga didapatkan kurva bilangan gelombang vs transmitan. KBr digunakan untuk membantu dalam proses pemadatan (pellet) senyawa sampel yang akan dianalisis. Dalam analisis spektrum IR digunakan KBr karena senyawa KBr merupakan senyawa yang tidak terbaca pada IR sehingga hasil yang terbaca IR adalah hanya senyawa sampel saja. (kurva spectra IR pada lampiran).
Dari hasil analisis kurva spectra IR, didapat hasil senyawa mengandung gugus –OH pada bilangan gelombang 3421.1; gugus alkil (C-H) pada bilangan gelombang 2918.9; gugus aril (C-C) pada bilangan gelombang 1433.8; gugus karbonil (C-O)dan gugus siano (C-N) pada bilangan gelombang 1244.5; dan gugus benzene (C6H6) pada bilangan gelombang 1666.4; 1614.6 dan 1500.
G. Simpulan
Dalam percobaan ini, simpulan yang kami peroleh adalah:
1. Teknik isolasi yang dilakukan adalah dengan metode ekstraksi.
2. Untuk mendapatkan senyawa yang ingin dipisahkan dipilih pelarut methanol. Sehingga dapat disimpulkan kemungkinan senyawa sampel adalah senyawa polar.
3. Teknik pemisahan yang dilakukan adalah dengan metode kromatografi lapis tipis preparatif.
4. Untuk mendapatkan senyawa yang murni, dalam percobaan ini dilakukan rekristalisasi
5. Senyawa dalam percobaan ini merupakan senyawa polar dan berdasarkan analisis IR didapatkan hasil senyawa ini mengandung gugus fungsi –OH, gugus alkil (C-H), gugus aril (C-C), gugus karbonil (C-O), gugus siano (C-N), serta gugus benzena.
Terima kasih azi...
BalasHapus