I. JUDUL PERCOBAAN : Kekuatan Medan Ligan
II. HARI/TANGGAL PERCOBAAN : Rabu/19 Oktober 2011
III. SELESAI PERCOBAAN : Rabu/19 Oktober 2011
IV. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mempelajari perbedaan kekuatan medan ligan antara ligan ammonium dan air.
2. Mengenal cara mencari panjang gelombang pada absorbansi maksimum.
3. Mengenal variable yang mempengaruhi panjang gelombang maksimum
V. TINJAUAN PUSTAKA
Metode analisis spektrometri adalah metode analisis yang paling banyak dipakai di dalam Kimia analisis, khususnya pada spektra elektromagnetik daerah ultraviolet dan tampak. Aplikasinya meliputi bidang Kimia Klinik, Kimia Lingkungan dan bidang-bidang lain. Keuntungan dari metode analisis spektrometri adalah peralatannya yang mudah didapat dan biasanya cukup mudah dioperasikan. Prinsip metode analisis spektrometri adalah larutan sampel menyerap radiasi elektromagnetik dan jumlah intensitas radiasi yang diserap oleh larutan sampel dihubungkan dengan konsentrasi analit (zat/unsur yang akan dianalisis) dalam larutan sampel.
daerah warna | panjang gelombang (nm) |
Ungu | 380 - 435 |
Biru | 435 - 500 |
sian (biru-pucat) | 500 - 520 |
Hijau | 520 - 565 |
Kuning | 565 - 590 |
Oranye | 590 - 625 |
Merah | 625 - 740 |
Pada metode analisis spektrometri terdapat komplementer warna. Warna-warna yang saling berlawanan satu sama lain pada roda warna dikatakan sebagai warna-warna komplementer. Biru dan kuning adalah warna komplementer; merah dan sian adalah komplementer; demikian juga hijau dan magenta (merah muda). Warna kompleks adalah komplemen warna cahaya yang diserap oleh sample dalam spektrometri. (chem-is-try.org, diakses 1 juni 2009)
Senyawa koordinasi merupakan senyawa yang tersusun atas atom pusat dan ligan (sejumlah anion atau molekul netral yang mengelilingi atom atau kelompok atom pusat tersebut) dimana keduanya diikat dengan ikatan koordinasi. Ditinjau dari konsep asam-basa Lewis, atom pusat dalam senyawa koordinasi berperan sebagai asam Lewis (akseptor penerima pasangan elektron), sedangkan ligan sebagai basa Lewis (donor pasangan elektron).
Kemagnetan senyawa kompleks misalnya, ditentukan dari banyaknya elektron tak berapsangan pada orbital d atom pusat, akibat dari kekuatan ligan yang mendesaknya, apakah ligan tersebut kuat atau lemah. Jika ligan tsb kuat elektron cenderung untuk berpasangan (spin rendah), jika ligan tsb lemah elekton lebih suka untuk tidak berpasangan (spin tinggi).
Senyawa kompleks dapat berupa non-ion, kation atau anion, bergantung pada muatan penyusunnya. Muatan senyawa kompleks merupakan penjumlahan muatan ion pusat dan ligannya. Jika senyawa kompleks bermuatan disebut ion kompleks/spesies kompleks. Bilangan koordinasi pada senyawa kompleks menyatakan banyaknya ligan yang mengelilingi atom atau sekelompok atom pusat sehingga membentuk kompleks yang stabil.
Bilangan koordinasi 6, berarti banyaknya ligan yang mengelilingi berjumlah 6. Bilangan koordinasi setiap atom pusat bersifat khas dan karateristik bergantung pada sifat alamiah logam, keadaan oksidasi, dan ligan-ligan lain dalam molekul.
Antara atom pusat dengan ligannya terhubung oleh ikatan koordinasi, hanya salah satu pihak yaitu ligan yang menyumbangkan pasangan elektron untuk digunakan bersama, perpindahan kerapatan elektron pun terjadi dari ligan ke atom pusat. Namun, jika kerapatan elektron tersebar merata diaantara keduanya, maka ikatan kovalen sejatipun akan terbentuk.
Reaksi pembentukan senyawa kompleks dapat dirumuskan sebagai berikut :
dimana,
M = ion logam
L = ligan yang mempunyai pasangan elektron bebas
n = bilangan koordinasi senyawa kompleks yang terbentuk (biasanya 2, 4, dan 6).
Berdasarkan banyaknya pasangan elektron yang didonorkan, ligan dapat dikelompokkan menjadi,
a. Ligan Monodentat yaitu ligan yang hanya mampu memberikan satu pasang elektron kepada satu ion logam pusat dalam senyawa koordinasi. Misalnya : ion halida, H2O dan NH3.
b. Ligan Bidentat yaitu ligan yang mempunyai dua atom donor sehingga mampu memberikan dua pasang elektron. Dalam pembentukan ikatan koordinasi, ligan bidentat akan menghasilkan struktur cincin dengan ion logamnya (sering disebut cincin kelat). Ligan bidentat dapat berupa molekul netral (seperti diamin, difosfin, disulfit) atau anion (C2O42-, SO42-, O22-).
c. Ligan Polidentat yaitu ligan-ligan yang memiliki lebih dari dua atom donor. Ligan ini dapat disebut tri, tetra, penta, atau heksadentat, bergantung pada jumlah atom donor yang ada. Ligan polidentat tidak selalu menggunakan semua atom donornya untuk membentuk ikatan koordinasi. Misalnya : EDTA sebagai heksadentat mungkin hanya menggunakan 4 atau 5 atom donornya bergantung pada ukuran dan stereokimia kompleks.
Berdasarkan jenis ikatan koordinasi yang terbentuk, ligan dapat dikelompokkan sebagai berikut.
1. Ligan yang tidak mempunyai elektron sesuai untuk ikatan π dan orbital kosong sehingga ikatan yang terbentuk hanya ikatan σ, seperti H-, NH3, SO32-, atau RNH2.
2. Ligan yang mempunyai dua atau tiga pasang elektron bebas yang selain membentuk ikatan σ, juga dapat membentuk ikatan π dengan ion logam, seperti N3-, O2-, OH-, S2-, NH2-, R2S, R2O, NH2, dan ion benzena.
3. Ligan yang memiliki orbital π-antiikatan kosong dengan tingkatan benzen rendah yang dapat menerima elektron yang orientasinya sesuai dari logam, seperti CO, R3P, CN-, py, dan acac.
4. Ligan yang tidak ada pasangan elektron bebasnya, tetapi memiliki elektron ikatan-π, seperti alkena, alkuna, benzena, dan anion siklopentadienil.
5. Ligan yang membentuk dua ikatan σ dengan dua atom logam terpisah dan kemudian membentuk jembatan. Sebagai contoh, OH-, O2-, CO.
Teori medan kristal mengganggap bahwa ikatan antar ion logam dan ligan adalah sepenuhnya ionik. Dengan kata lain, interaksi antara ligan dan ion logam adalah interaksi elektrostatik. Ion logam dianggap bermuatan positif sedangkan ligan merupakan partikel bermuatan negatif.
Gambar B.1 Kelima orbital d
Jika ligan (yang diasumsikan bermuatan negatif) mendekat, maka akan terjadi kenaikan tingkat energi orbital d ion logam akibat tolakan antara medan negatif ligan dan elektron orbital d, tetapi tingkat energi kelima orbital d masih degenerate. Karena orientasi ligan terhadap logam berbeda beda (seperti orientasi ke arah oktahedral, tetrahedral), maka gaya yang dialami oleh tiap orbital tidak selalu sama. Hal inilah yang menyebabkan pola pembelahan tingkat energi orbital d yang berbeda-beda untuk tiap bentuk geometri.
1. Oktahedral
Pada oktahedral, orbital dan berhadapan langsung dengan ligan, sedangkan orbital tidak berhadapan langsung. Akibatnya, energi potensial dan akan naik akibat tolakan dengan ligan dan energi akan berkurang karena kurangnua tolakan dengan ligan. Orbital dan yang berada pada tingkat yang lebih tinggi dinamakan orbital eg sedangkan orbital yang memiliki energi yang lebih rendah dinamakan orbital t2g.
Gambar B.2.(a) orientasi orbital d dan ligan pada kompleks oktahedral; (b) pola pembelahan pada oktahedral (Kunarti,2007)
2. Tetrahedral
Pada tetrahedral, orbital lebih berinteraksi langsung dibandingkan dengan dan sehingga energi orbital akan naik sedangkan energi dan akan turun.
Gambar B.3.(a) orientasi orbital d dan ligan pada kompleks tetrahedral; (b) pola pembelahan pada tetrahedral
3. Bujur sangkar
Gambar B.4.(a) orientasi orbital d dan ligan pada kompleks bujur sangkar; (b) pola pembelahan pada bujur sangkar (Kunarti,2007)
Harga 10 dq dapat besar atau kecil. Jika 10 dq kecil, maka dibutuhkan sedikit energi untuk mengisi elektron ke orbital eg. Akibatnya elektron cenderung mengisi orbital eg dibandingkan berpasangan terlebih dahulu. Kondisi ini dinamakan medan lemah. Jika 10 dq besar, maka selisih energi juga besar atau dibutuhkan banyak energi untuk mengisi elektron ke orbital eg. Elektron cenderung berpasangan terlebih dahulu sebelum mengisi orbital eg. Kondisi seperti ini dinamakan meda kuat.
Harga 10 dq dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya.
1. Muatan ion logam
Makin banyak muatan ion,makin besar pula harga 10 Dq nya,karena makin banyak muatan ion logam maka makin besar pula untuk menarik ligan lebih dekat. Akibatnya pengaruh ligan makin kuat sehingga pembelahan orbital makin besar.
2. Jenis Ion pusat
Logam logam yang terletak pada satu periode, harga 10 dqnya tidak terlalu berbeda. Untuk satu golongan, Semakin kebawah, harganya akan semakin besar.
Mn2+< Ni2+< Co2+< Fe2+< V2+< Fe3+< Co3+< Mn3+< Co3+< Rh3+< Ru3+< Pd4+< Ir3+< Pt4+
3. Ligan
Berikut adalah deret spektrokimia.
I-< Br-< SCN-~ Cl-< F-< OH-~ NO-< C2O42-< H2O<CS-< EDTA4-< NH3~ pyr~ en< phen < CN- ~ CO
Semakin kuat ligannya, maka 10 dq juga akan semakin besar. Jika 10 dq kecil, maka ligannya adalah ligan lemah. Ligan yang kuat dapat menggantikan ligan yang lebih lemah.
VI. CARA KERJA
Labu ukur 1
Labu ukur 2
Labu ukur 3
VII. HASIL PENGAMATAN DAN GRAFIK
Data Hasil Pengukuran Absorbansi
Labu A
panjang gelombang (nm) | absorbansi |
700 | 0,167 |
720 | 0,201 |
740 | 0,236 |
760 | 0,260 |
780 | 0,268 |
800 | 0,274 |
820 | 0,278 |
840 | 0,277 |
860 | 0,273 |
Labu B
Panjang gelombang (nm) | absorbansi |
550 | 0,646 |
570 | 0,752 |
590 | 0,823 |
610 | 0,849 |
630 | 0,832 |
650 | 0,788 |
670 | 0,721 |
690 | 0,650 |
710 | 0,568 |
730 | 0,496 |
Labu C
Panjang gelombang (nm) | absorbansi |
550 | 0,525 |
570 | 0,617 |
590 | 0,674 |
610 | 0,696 |
630 | 0,685 |
650 | 0,651 |
670 | 0,594 |
690 | 0,535 |
710 | 0,472 |
Kurva pada labu A
Kurva pada labu B
Kurva pada labu C
VIII. PEMBAHASAN
Pada percobaan kekuatan medan ligan kali ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami teori medan kristal dan mampu membedakan kekuatan medan antara ligan ammonia dan air. Pada percobaan kali ini dilakukan 3 variasi larutan yang akan dianalisis dengan menggunakan spektrofotometer dengan range panjang gelombang 550-850 nm dan interval yang digunakan untuk masing-masing variasi adalah sama 20 nm. Variasi yang dibedakan adalah kadar ammonia (NH3) dalam larutan, untuk larutan A terdiri dari larutan Cu2+ 2 mL dan air sebanyak 8 mL. Larutan B terdiri dari larutan Cu2+ (50:50), terdiri dari 2 mL, ammonia 2.5 mL, dan air sebanyak 5.5 mL. Larutan C terdiri dari larutan Cu2+ (75:25), terdiri dari 2 mL, dan ammonia 5 mL, dan air sebanyak 7 mL. Larutan ammonia (NH3) dan Cu2+ digunakan sebagai bahan utama percobaan karena akan membentuk senyawa kompleks.
Setelah terbentuk variasi larutan, tiap-tiap larutan kemudian diukur absorbansinya dengan spektrofotometer dan kemudian diperoleh data nilai absorbansi untuk masing-masing interval. Dari data tersebut dibuat grafik panjang gelombang vs absorbansi dan diperoleh panjang gelombang maksimum yang menghasilkan absorbansi maksimum.
Dari panjang gelombang maksimum nilai 10 Dq dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut:
Dari nilai dq tersebut dapat ditentukan kekuatan ligan dari air dan ammonia.
Pada percobaan ini mengunakan kuvet dari plastik, kuvet ini sebagai tempat sample untuk dianalisis dengan spektroforometer, kuvet ini harus selalu dalam keadaan bersih sehingga harus selalu dibersihkan dengan tissue pada lapisan luarnya, dan pada saat penggantian variasi sample kuvet dicuci dengan aquades dan dibiarkan kering. Karena spektrofotometer sangat sensitive, bila kuvet dalam keadaan kotor maka penyerapan sinar oleh sample tidak maksimal sehingga data yang diperoleh juga kurang baik. Untuk larutan blanko, larutan blangko adalah larutan yang komposisinya sama seperti larutan yang dianalisis namun tanpa sampel yang dianalisis. Untuk percobaan ini larutan blankonya adalah air. Sebelum sampel diukur absorbansinya, perlu diukur terlebih dahulu absorbansi larutan blanko. Larutan blanko dengan absorbansi nol dan transmittansi 100% (tidak menyerap radiasi), digunakan sebagai standar untuk mengukur absorbansi kompleks.
1. Pada Larutan A
Pada larutan A, langkah pertama adalah mengencerkan 2 mL larutan Cu2+ 0,1 M dengan aquades pada labu ukur 10 mL sehingga terbentuk Cu2+ 0,02 M. Warna yang terbentuk dalam larutan adalah biru muda (hampir semua kompleks besarnya harga Dq sama dengan energi yang frekuensi terletak pada spectra daerah tampak, karena ada kaitan antara warna dengan frekuensi maka warna suatu kompleks bergantung pada frekuensi yang diserap. Warna kompleks adalah komplemen warna cahaya yang diserap. Sehingga ketika kompleks berwarna biru maka kompleks tersebut menyerap wana komplemennya, yakni jingga dengan panjang gelombang sekitar 610 nm).
Λ | Warna yang diserap | Warna yang teramati | | λ | Warna yang diserap | Warna yang teramati |
410 | Violet | kuning-hijau | | 560 | kuning-hijau | Violet |
430 | biru-violet | kuning | | 580 | kuning | biru-violet |
480 | Biru | Jingga | | 610 | jingga | Biru |
500 | hijau-biru | Merah | | 680 | merah | hijau-biru |
530 | hijau | merah ungu | | 720 | merah ungu | hijau |
Tabel. 1 Pembagian daerah alfa UV-Visibel
Sehingga terbentuk senyawa kompleks atau heksaquotembaga(II) dimana atom pusatnya adalah ion Cu2+ dan ligannya adalah air. Dari nama senyawa tersebut dapat diketahui bahwa bilangan koordinasi untuk Cu2+ adalah 6 sesuai dengan banyaknya ligan yang diikat ,dengan reaksi sebagai berikut:
Konfigurasi elektron dari tembaga dan ion tembaga adalah
3d9 4s0
Jika terdapat 6 ligan H2O, maka
3d 4s 4p 4d
Hibridisasi yang terjadi adalah sp3d2. Bentuk geometri untuk hibridisasi jenis ini adalah oktahedral. Pada larutan A panjang gelombang yang diperoleh adalah 820 nm (sesuai dengan table Pembagian daerah UV-Visibel dan didapat energi 10 Dq adalah 30 kkal/mol.
Reaksi yang terjadi pada percobaan ini:
Cu2+ + 6H2O è [Cu(H2O)6]2+
2. Pada Larutan B
Pada larutan B, langkah pertama mencampurkan 2 mL Cu2+, 5 mL ammonia dan air dalam labu ukur 10 mL. Larutan ini menghasilkan warna biru (+). Warna yang terbentuk dalam larutan adalah biru (+) (kompleks berwarna biru maka kompleks tersebut menyerap wana komplemennya adalah jingga dengan panjang gelombang sekitar 610 nm).
Λ | Warna yang diserap | Warna yang teramati | | λ | Warna yang diserap | Warna yang teramati |
410 | Violet | kuning-hijau | | 560 | kuning-hijau | Violet |
430 | biru-violet | kuning | | 580 | kuning | biru-violet |
480 | Biru | jingga | | 610 | Jingga | Biru |
500 | hijau-biru | merah | | 680 | Merah | hijau-biru |
530 | hijau | merah ungu | | 720 | merah ungu | hijau |
Pada larutan ini, ammonia dan air adalah ligannya. Senyawa kompleks yang terbentuk adalah [Cu(H2O)3(NH3)3]2+ , tetraamindiaquotembaga(II) . Reaksi yang terjadi adalah :
[Cu(H2O)6]2+ + 4NH3 è [Cu(H2O)3(NH3)3] 2+
karena terdapat 3 ligan H2O dan 3 ligan NH3, maka
3d 4s 4p 4d
Dari orbital di atas, diketahui hibridisasi [Cu(H2O)3(NH3)3]2+ adalah sp3d2 dengan geometri oktahedral. Perbedaan dengan larutan pertama adalah pada larutan B ini, energi 10 Dq akan lebih besar yaitu 40 kkal/mol. Panjang gelombangnya lebih kecil yaitu 610 nm sesuai table Pembagian daerah UV-Visibel nilai panjang gelombangnya maksimum 610 karena warna yag diserap pada larutan II ini adalah jingga sehingga pada panjang gelombang ini sample menyerap maksimal sinar yang ditembakan dari spektrofotometer.
3. Larutan C
Larutan C dengan perbandingan antara ammonia dengan air (25:75). Penambahan kadar ammonia yang berlebih ini akan meningkatkan besarnya nilai absorbansi (dilihat pada hasil percobaan). Panjang gelombang maksimum yang diperoleh adalah 610 nm. Setelah dilakukan perhitungan diperoleh besar energi 10 Dq adalah 40 kkal/mol. Warna yang terbentuk pada larutan C ini adalah biru, berarti warna yang diserap adalah jingga. (kompleks berwarna biru maka kompleks tersebut menyerap wana komplemennya adalah jingga dengan panjang gelombang sekitar 610 nm).
Λ | Warna yang diserap | Warna yang teramati | | λ | Warna yang diserap | Warna yang teramati |
410 | Violet | kuning-hijau | | 560 | kuning-hijau | Violet |
430 | biru-violet | kuning | | 580 | kuning | biru-violet |
480 | Biru | Jingga | | 610 | jingga | Biru |
500 | hijau-biru | Merah | | 680 | merah | hijau-biru |
530 | hijau | merah ungu | | 720 | merah ungu | hijau |
Pada larutan ini, ammonia dan air adalah ligannya. Senyawa kompleks yang terbentuk adalah [Cu(H2O)4(NH3)2]2+ , triamintriaquotembaga(II) . Reaksi yang terjadi adalah :
[Cu(H2O)6]2+ + 4NH3 è [Cu(H2O)4(NH3)2] 2+
karena terdapat 4 ligan H2O dan 2 ligan NH3, maka:
Dari orbital di atas, diketahui hibridisasi [Cu(H2O)4(NH3)2]2+ adalah sp3d2 dengan geometri oktahedral. Perbedaan dengan larutan pertama adalah pada larutan B ini, energi 10 Dq akan lebih besar yaitu 40 kkal/mol. Panjang gelombangnya lebih kecil yaitu 610 nm sesuai table Pembagian daerah UV-Visibel nilai panjang gelombangnya maksimum 610 karena warna yag diserap pada lartan II ini adalah jingga sehingga pada panjang gelombang ini sample menyerap maksimal sinar yang ditembakan dari spektrofotometer.
Oleh karena itu panjang gelombang antara larutan B dan larutan C adalah sama yaitu 610 nm, jika dijelaskan melalui konfigurasi electron dan hibridisasi maka ketika penambahan kadar ammonia sehingga terjadi pengantian ligan pada senyawa kompleks. Karena pengantian adalah sama-sama ligan netral (H2O dan NH3) maka tidak akan merubah sifat dari senyawa kompleks, sehingga tidak akan mempengaruhi nilai panjang gelombang maksimum.
IX. KESIMPULAN
1. Ammonia merupakan ligan yang lebih kuat dibandingkan air (10 Dq NH3 > 10 Dq air).
2. Berdasar data yang diperoleh dibuat grafik λ vs A dan diperoleh panjang gelombang maksimum yang menghasilkan absorbansi maksimum.
3. Variabel yang mempengaruhi panjang gelombang maksimum adalah adanya ligan dalam larutan tersebut; baik dilihat pada jenisnya serta komposisi ligan dalam larutan.
X. JAWABAN PERTANYAAN
1. Jelaskan perbedaan kekuatan medan ligan antara ligan ammonium dengan air!
Ligan air memiliki energi 40,85 kkal/mol yang lebih rendah daripada amonia, yaitu 46,87 kkal/mol. Hal ini disebabkan oleh ligan H2O yang bersifat sebagai ligan lemah. Ligan lemah dalam kompleks menyebabkan elektron memiliki spin tinggi (high spin) pada tingkat energi eg, karena pada ion Cu(II) elektron di orbital d lebih mudah ditempatkan pada arah energi orbital yang lebih tinggi sebagai elektron sunyi (tidak berpasangan) daripada ditempatkan pada kamar orbital yang sama, namun sebagai elektron berpasangan. Sebab pada kamar yang sama akan terjadi gaya tolak menolak antara dua elektron jika akan berpasangan. Oleh karena energi untuk tolak menolak (P) lebih besar daripada harga 10 Dq, justru ada interaksi tingkat energi atas dengan energi bawah menyebabkan jarak t2g dan eg menjadi lebih pendek sehingga energi 10 Dq menjadi lebih kecil.
2. Tuliskan reaksi yang terjadi pada percoaan tersebut!
[Cu(H2O)6]2+ + 4NH3 è [Cu(H2O)3(NH3)3] 2+ + H2O
[Cu(H2O)6]2+ + 4NH3 è [Cu(H2O)4(NH3)2]2+ + H2O
3. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi warna ion kompleks logam transisi?
WARNA KOMPLEKS LOGAM TRANSISI Warna-warna cerah yang terlihat pada kebanyakan senyawa koordinasi dapat dijelaskan dengan teori medan kristal ini. Jika orbital-d dari sebuah kompleks berpisah menjadi dua kelompok seperti yang dijelaskan di atas, maka ketika molekul tersebut menyerap foton dari cahaya tampak, satu atau lebih elektron yang berada dalam orbital tersebut akan meloncat dari orbital-d yang berenergi lebih rendah ke orbital-d yang berenergi lebih tinggi, menghasilkan keadaam atom yang tereksitasi. Perbedaan energi antara atom yang berada dalam keadaan dasar dengan yang berada dalam keadaan tereksitasi sama dengan energi foton yang diserap dan berbanding terbalik dengan gelombang cahaya. Karena hanya gelombang-gelombang cahaya (λ) tertentu saja yang dapat diserap (gelombang yang memiliki energi sama dengan energi eksitasi), senyawa-senyawa tersebut akan memperlihatkan warna komplementer (gelombang cahaya yang tidak terserap). Seperti yang dijelaskan di atas, ligan-ligan yang berbeda akan menghasilkan medan kristal yang energinya berbeda-beda pula, sehingga kita bisa melihat warna-warna yang bervariasi. Untuk sebuah ion logam, medan ligan yang lebih lemah akan membentuk kompleks yang Δ-nya bernilai rendah, sehingga akan menyerap cahaya dengan λ yang lebih panjang dan merendahkan frekuensi ν. Sebaliknya medan ligan yang lebih kuat akan menghasilkan Δ yang lebih besar, menyerap λ yang lebih pendek, dan meningkatkan ν
4. Gambarlah grafik panjang gelombang terhadab absorbansi dari masing-masing pengamatan anda!
Kurva pada labu A
Kurva pada labu B
Kurva pada labu C
5. Hitunglah besar energy 10 Dq ketiga larutan tersebut!
Labu A:
Labu B:
Labu C:
6. Dari hasil percobaan apa yang dapat anda simpulkan?
1. Teori medan kristal mengasumsikan bahwa interaksi logam dan ligan adalah interaksi ionic
2. Orientasi ligan ligan menyebabkan gaya yang dialami kelima orbital d belum tentu sama, sehingga terjadi pembelahan tingkat energi;
3. Ammonia merupakan ligan yang lebih kuat dibandingkan air (10 dq NH3> 10 dq air)
4. Ammonia memberikan pembelahan yang lebih besar dibandingkan air
XI. DAFTAR PUSTAKA
Vogel, 1990, Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, Jilid 2, Cetakan ke 2, Kalman Media Pusaka, Jakarta
Amaria, dkk. 2011, Penuntun Praktikum Kimia Anorganik III, Unesa press:Surabaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar